28 Desember 2008

SHALAT YANG BERDAYA GUNA

Posted in keislaman tagged pada 5:56 PM oleh Amrizal Arief

Ibadah shalat adalah ibadah yang paling mendasar dalam kehidupan seorang muslim, dalam kondisi bagaimanapun shalat harus tetap dilakukan sehingga tidak ada alasan untuk meninggalkannya, berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain yang suatu saat dapat ditinggalkan atau diganti dengan yang lain. Untuk itu seseorang muslim harus bisa mencapai maksud tertinggi dari ibadah shalat ini, makanya shalat dilakukan bukan hanya sekedar melaksanakan kewajiban akan tetapi harus sampai kepada tingkatan menikmati ibadah karena ibadah shalat ditargetkan Allah SWT untuk kebaikan dan kemaslahatan sang hamba.

Bagi Allah sendiri beribadah atau tidak beribadahnya sang hamba tidak menjadi permasalahan, tidak akan bertambah keagungan Allah SWT dikala sang hamba taat beribadah kepada-Nya, sebaliknya dikala sang hamba tidak mau beribadah kepada-Nya juga tidak akan mengurangi kebesaran dan keagungan-Nya. Maksud Allah mewajibkan ibadah shalat adalah agar seorang hamba tetap mempunyai hubungan (kontak) dengan Allah SWT dimana dengan shalat itu dijadikan sebagai media pengaduan kepada-Nya dengan berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, sesuai dengan potongan ayat di dalam Q.S.2, Al Baqarah 45 dan 153.

Keterlatihan seseorang dengan ibadah shalat akan menjadikan dirinya semakin akrab dengan Allah SWT sehingga ia tetap akan mengingat Allah dimanapun ia berada dan akan membuatnya terbenteng dari perbuatan yang keji dan mungkar sesuai dengan potongan ayat Q.S.20, Thaha 14 dan Q.S.29, Al Ankabut 45. Betapapun kondisi dan keadaan dihadapan seorang hamba yang menjiwai shalat itu namun ia tidak akan pernah goyah, gelisah, ataupun salah jalan sehingga melanggar ketentuan-ketentuan Allah yang ada, seperti yang dikemukakan di dalam Al Qur’an Surat 70, Al Ma’arij 19-22, dan Q.S.13, Ar Ra’d  28.

Karena kegunaan shalat itu memang untuk hamba didalam menghadapi berbagai tantangan kehidupannya makanya ia tidak akan merasa cukup dengan shalat-shalat yang wajib saja dan ia akan menambahnya dengan shalat-shalat sunnat yang lain. Setiap kesempatan shalat sunnat yang ada tentu akan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Rasul SAW mencontohkan didalam kehidupannya dengan menekuni ibadah shalat ini sehingga beliau mengatakan dalam sabdanya, “Dijadikan permata hatiku dalam ibadah shalat.” Didalam shalat malamnya Rasulullah lama berdiri bermunajat kepada Allah sehingga pecah-pecah kakinya dan oleh A’isyah sang istri tercinta dikatakan, “Ya, Rasulullah, kenapa ibadahmu seperti demikian rupa, bukankah dosa-dosamu telah diampuni oleh Allah, baik yang berlalu dan yang akan datang?” Jawab Rasul, “Wahai A’isyah, apakah aku tidak akan menjadi seorang hamba yang bersyukur kepada Allah?”

Dari gambaran ini, disimpulkan semakin banyak seseorang mendapatkan nikmat-nikmat dari Allah, hendaknya ibadahnya semakin baik dan semakin mantap. Namun, godaan-godaan duniawi melalaikan manusia dari hal ini, ternyata banyak orang yang mendapatkan nikmat yang berlimpah dari Allah tetapi ibadahnya minim dan tipis sekali. Terbukti banyak kaum muslimin yang tidak mampu bangun subuh untuk bersujud kepada Allah dan shalat subuh adalah shalat yang paling berat sebab terlihat jama’ah masjid yang paling sedikit adalah ketika shalat subuh. Padahal semua orang ketika subuh ada dirumah dan telah beristirahat dengan tidur yang panjang.

Kritikan Rasulullah terhadap orang yang seperti itu demikian sangat keras dan beliau mengatakan, “Itulah seseorang yang setan kencing ditelinganya.”

Untuk mendapatkan shalat yang berdaya guna diperlukan beberapa persyaratan, pertama shalat itu dilakukan dengan khusyu’, kedua dilakukan kontinyu, dan yang ketiga memelihara shalat baik dari segi pelaksanaan (tata cara) demikian juga dari segi waktunya.

Shalat yang khusyu’ adalah shalat dengan penjiwaan, dimana seseorang berada didalam shalat yang dilakukannya baik secara ucapan demikian juga pergerakan. Shalat yang kontinyu adalah shalat yang tetap dilakukan dalam kondisi dan keadaan yang bagaimanapun, ketika waktu shalat datang ia tetap melakukannya. Shalat yang terpelihara secara pelaksanaan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah, setiap anggota tubuh mantap pada setiap pergerakan shalat yang dilakukan. Demikian juga dilakukan di awal waktu secara berjamaah.

Wawasan ketuhanan yang dimiliki dengan pengertian-pengertian iman akan mendukung kekhusyu’an shalat yang dilakukan. Untuk itu shalat tidak akan maksimal kalau hanya dilakukan seadanya tanpa pengertian-pengertian yang mendalam sebagaimana yang diinginkan oleh Allah dan Rasulullah SAW.

Perbaikan-perbaikan terhadap shalat sangat diperlukan sehingga mencapai apa yang diharapkan, makanya perlu pengkajian yang terarah dan menukik, baik terhadap ibadah-ibadah yang dilakukan demikian juga terhadap prinsip-prinsip aqidah ketuhanan Allah SWT.

Namun suatu yang menjadi pertanyaan, Adakah keinginan untuk memperbaiki shalat yang telah dilakukan selama ini dan meningkatkan pemahaman serta pengertian terhadap ibadah shalat tersebut, sehingga ibadah shalat itu dilakukan secara sempurna dan maksimal yang akan mengantarkan kepada hikmah yang dimaksud. Juga, adakah kesempatan waktu untuk mengkaji tentang ibadah shalat ini, bagaimana yang seharusnya, baik dengan cara mengikuti kajian-kajian demikian juga dengan cara membaca dan kemudian mempertanyakannya kepada ulama-ulama yang alim.

Demikianlah suatu bahan renungan untuk perbaikan kualitas ibadah yang telah dilakukan selama ini. Semoga ibadah yang ada akan mengantarkan diri menjadi pribadi-pribadi mukmin yang tangguh dan di ridhai oleh Allah SWT, mampu menghadapi berbagai gejolak dan tantangan dunia ini, amiin.

Malang, 6 Shafar 1425 H

27 Maret 2004 M

ditulis oleh : Ustad Amrizal Arief

SYARAT PENDAFTARAN – KBIH ILTIZAM MALANG 1430 H

Posted in informasi haji tagged , pada 5:37 PM oleh Amrizal Arief

Untuk mendaftarkan diri sebagai peserta manasik dan bimbingan Ibadah Haji di KBIH ILTIZAM, silahkan anda menghubungi petugas kami, atau menelpon ke no: +62 341 463661  guna mendapatkan formulir pendaftaran, dan SILAHKAN:

Mengisi formulir pendaftaran dan biodata

Menyerahkan pas foto berwarna 3×4 (3 lembar)

Menyerahkan foto kopi KTP (1 lembar)

Menyerahkan foto kopi BPIH Lunas (1 lembar)

Menyerahkan Biaya Rombongan Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah),

Melalui rekening Bank Syari’ah Mandiri >> a.n Amrizal Arief no.rek. 029.0048.443

Untuk penjelasan lebih lanjut tentang syarat pendaftaran, silahkan hubungi nomor kontak kami, dan petugas kami akan melayani anda.

-petugas-


HADITS PUASA RAJAB – DHA’IF (LEMAH) DAN MAUDHU’ (PALSU)

Posted in keislaman tagged pada 3:39 PM oleh Amrizal Arief

HADITS-HADITS DHA’IF (LEMAH) :

  • Sesungguhnya didalam surga ada sebuah sungai yang disebut dengan nama Rajab, airnya sangat putih bila dibandingkan dengan susu dan lebih manis dari madu. Barang siapa yang berpuasa satu hari dari bulan Rajab, Allah akan memberinya minum dari air sungai itu.

Menurut Ibnul Jauzy, didalam kitab “Al Ilal Al Mutanahiyah” didalam sanad hadits ini terdapat orang-orang yang majhul (tidak dikenal). Secara umum sanadnya dha’if akan tetapi tidak dihukumkan maudhu’ (palsu).

  • Ya, Allah, berkahi kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami kepada bulan Ramadhan.

Didalam sanad hadits ini terdapat seorang yang bernama Daud bin Atha’ Al Madani, Ulama hadits sepakat menyebutkan dia dha’if.

Menurut Ibnul Jauzy hadits ini tidak benar berasal dari Rasul SAW. Kata Imam Ahmad, “tidak ada hadits yang diriwayatkan dari Daud bin Atha’.”

Menurut Bukhari, hadits ini mungkar.

Silakan ruju’ kitab “Misbah Az Zujajah fi Zawaid Ibnu Majah” (2/34-35) dan kitab “Al Ilal Al Mutanahiyah” (2/65)

Bahwasannya Rasul SAW tidak ada berpuasa sesudah Ramadhan selain Rajab dan Sya’ban.

Menurut Ibnu Hajar, mengutip Al Baihaqi hadits ini mungkar, karena seorang yang bernama Yusuf bin Athiyyah, dia sangat dha’if sekali.

Silahkan ruju’ kitab “Tabyinul Ujub” hal.12

HADITS-HADITS MAUDHU’ (PALSU) :

  • Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku.

Menurut Ibnu Hajar, seorang perawi sanad hadits yang bernama An Naqqasy dia dikenal sebagai pemalsu hadits dan dajjal (brengsek).

Menurut Ibnu Dahyah, hadits ini maudhu’, silakan ruju’ kitab “Tabyinul Ujub” hal.13-15.

Ibnul Jauzy, menegaskan bahwasannya hadits ini maudhu’ tercantum didalam kitab “Al Maudhu’at” (2/205-206), demikian juga Imam Shan’any didalam kitab “Al Maudhu’at” hal.61 hadits no.129 dan Imam Suyuthi didalam kitab “Al La-ali’ Al Mashnu’ah” (2/114)

  • Keutamaan bulan Rajab bila dibandingkan dengan dengan seluruh bulan seperti keutamaan Al Qur’an bila dibandingkan dengan seluruh dzikir…

Menurut Ibnu Hajar,  perawi-perawi hadits ini orangnya tsiqah (bisa dipercaya) kecuali seorang yang bernama As Saqathi, dia bermasalah dikenal sebagai pemalsu hadits, silakan ruju’ kitab “Tabyinul Ujub” hal.17

  • Rajab adalah bulan Allah yang tuli (sepi), barang siapa yang mempuasakan satu hari dari bulan Rajab karena iman dan mencari ridha Allah ia berhak mendapatkan ridha Allah yang paling besar.

Silakan ruju’ kitab “Tabyinul Ujub” hal 17, juga kitab “Al Fawaid Al Majmuah” karangan Imam Syaukani hal.439 hadits no.1260

  • Barang siapa yang berpuasa tiga hari dibulan Rajab, Allah menetapkan untuk dia (pahala) puasa satu bulan. Dan barang siapa yang berpuasa tujuh hari akan dikuncikan untuknya tujuh pintu neraka…

Hadits ini palsu, menurut Ibnul Jauzy dalam kitab “Al Maudhu’at” (2/206), juga didalam kitab “Tabyinul Ujub” hal.18, didalam kitab “Al La-ali’ Al Mashnu’ah” karangan Imam Suyuthi (2/115) dan kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah” karangan Imam Syaukani hal.100 hadits no.228

  • Barang siapa yang shalat maghrib di awal malam dari bulan Rajab, kemudian dia shalat setelah itu 20 rakaat, pada setiap rakaat dia membaca surat Al Fatihah dan Qulhuwallahu Ahad (Al Ikhlas) satu kali, kemudian dia bersalam sepuluh kali salam, kata Nabi, “tahukan kalian apa pahalanya?”… jawab Nabi, “Allah akan menjaga orang itu pada dirinya, keluarganya, hartanya dan anak-anaknya, kemudian dia akan dilindungi dari siksa kubur dan ia menyeberangi sirathal mustaqim seperti kilat, tanpa dihisab dan disiksa.”

Hadits ini palsu, silakan ruju’ kitab “Al Maudhu’at” karangan Ibnul Jauzy (2/123) juga kitab “Tabyinul Ujub” hal. 21 dan kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah” hal.47 hadits no.144

  • Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab dan shalat sebanyak empat rakaat… ia tidak akan meninggal sehingga ia melihat tempatnya disurga atau diperlihatkan kepadanya.

Hadits ini palsu, silakan ruju’ kitab “Al Maudhu’at” karangan Ibnul Jauzy (2/124) juga kitab “Tabyinul Ujub” hal. 21 dan kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah” hal.47 hadits no.145

– Hadits shalat Ar Ragha-ib :

  • Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku… akan tetapi janganlah kalian melalaikan awal malam jum’at dari bulan Rajab itu, sesungguhnya itulah malam yang disebut oleh malaikat sebagai Ar Ragha-ib (harapan-harapan, keinginan-keinginan), demikian itu karena dikala telah berlalu sepertiga malam, tidak tersisa para malaikat Al Muqarrabun diseluruh langit dan bumi, kecuali mereka berkumpul di Ka’bah dan sekitarnya. Allah menoleh kepada mereka sembari mengatakan, ” Wahai malaikat-Ku, mintalah kepada-Ku apa yang kalian inginkan,” kata malaikat, “Ya Allah, Ya Tuhan kami, harapan kami kepada Engkau adalah adalah agar Engkau memberikan keampunan kepada orang yang berpuasa di bulan Rajab,” jawab Allah, “Ya, akan Saya lakukan.” Kata Nabi SAW, “tidaklah seseorang yang berpuasa dihari Kamis, awal hari Kamis dibulan Rajab kemudian dia shalat diantara isya’ dan antara sepertiga awal malam dimalam Jum’at itu sebanyak dua belas rakaat…”

Hadits ini palsu, silakan ruju’ kitab “Al Maudhu’at” karangan Ibnul Jauzy (2/124-126), juga kitab “Tabyinul Ujub” hal.22-24, dan kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah” hal.48-50 hadits no.146

  • Barang siapa yang shalat di malam pertengahan bulan Rajab sebanyak empat belas rakaat, dia membaca pada setiap rakaat surat Al Fatihah satu kali dan surat Al Ikhlas dua puluh kali…

Hadits ini palsu, silakan ruju’ kitab “Al Maudhu’at” karangan Ibnul Jauzy (2/126), juga “Tabyinul Ujub”  hal.25, dan kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah”  hal.50 hadits no.147

Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang agung, barang siapa yang puasa satu hari dari bulan Rajab, Allah tetapkan untuknya (pahala) puasa 1000 tahun…

Hadits ini palsu., silakan ruju’ kitab “Al Maudhu’at” karangan Ibnul Jauzy (2/206-207), juga kitab “Tabyinul Ujub” hal.26, kitab “Al La-ali’ Al Mashnu’ah” (2/115), kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah” hal.101 hadits no.289

(Dirangkum dari Kitab “Al Bida’ Al Hauliyah” karangan Syeikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Ahmad At Tuwaijry, terbitan Darul Fadhilah, Riyadh, 1421H/2000M.)

Imam Al Ghazali didalam kitab “Ihya’ Ulumiddin” juz 1 hal.203, terbitan Darul Kitab Al Islami, Beirut, tanpa tahun. Menurunkan, tentang shalat di bulan Rajab :

  • Diriwayatkan dari Rasul SAW, bahwasannya beliau bersabda : tidaklah seseorang yang berpuasa di awal Kamis dari bulan Rajab, kemudian dia shalat antara Isya’dan sepertiga awal tengah malam, sebanyak dua belas rakaat setiap dua rakaat dipisahkan dengan salam, ia membaca pada setiap rakaat surat Al Fatihah satu kali dan surat Inna anzalnaahu fii lailatil qadar (Al Qadar) tiga kali, dan surat Qulhuwallahu ahad (Al Ikhlas) sepuluh kali. Setelah selesai shalat ia beshalawat kepadaku sebanyak tujuh puluh kali, mengucapkan ” Allahumma shalli ‘ala Muhammadin Nabiyyil ummi w’ala alihi,” kemudian dia mengucapkan didalam sujudnya sebanyak tujuh puluh kali, “Subbuhul quddus Rabbul malaikati war ruh,” kemudian ia mengangkatkan kepalanya (duduk antara dua sujud) dan mengucapkan, “Rabbighfir warham watajawaz ‘amma ta’lam innaka antal a-‘azzul akram,” sebanyak tujuh puluh kali, kemudian dia bersujud lagi dan mengucapkan seperti yang diucapkannya pada sujud yang pertama, setelah itu ia meminta segala kebutuhannya dalam sujudnya itu, semua permintaannya itu akan dipenuhi.

Didalam catatan kaki disebutkan, shalat Ar Raghaib ini, dicantumkan oleh Ar Razin didalam kitabnya, dan hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu).

(dirangkum oleh : Ustadz Amrizal Arief)

INFORMASI HAJI – KBIH ILTIZAM MALANG 1430 H

Posted in informasi haji tagged , pada 11:11 AM oleh Amrizal Arief

Insya Allah, Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji 1430 H
dimulai tgl. 7 Juni s.d. 9 Agustus 2009
Setiap Ahad pukul 07.30 s.d 11.45 WIB
Tempat Aula PSBB MAN 3 – Jl Bandung no.7 Malang

-Jadwal bimbingan, materi, dan pemateri akan diberikan setelah pendaftaran.