31 Desember 2008

ILTIZAM 1427 H

Posted in informasi haji tagged pada 12:58 AM oleh Amrizal Arief

WISATA

WISATA

semuah jamaah cukur gundul

semuah jamaah cukur gundul

perjalanan ibadah

perjalanan ibadah

29 Desember 2008

MANUSIA DAN HARTA

Posted in keislaman tagged pada 9:20 AM oleh Amrizal Arief

Oleh : H. Amrizal Arief Lc

Harta atau kekayaan pada dasarnya bukan sesuatu yang tercela, semua manusia tahu betapa manfaat dan kegunaan harta baik dalam kehidupan dunia demikian juga dalam kehidupan akhirat nantinya. Di dalam kehidupan ini, manfaat harta demikian dirasakan baik terkait dengan agama secara langsung demikian juga untuk kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana manusia dengan harta. Ada beberapa sisi yang harus menjadi perhatian manusia dalam kaitannya dengan harta.

  • Manusia rakus terhadap harta

  • Mencari harta secara tidak halal

  • Menahan harta dari hak-haknya

  • Mempergunakan harta bukan pada tempatnya

  • Berbangga dengan harta

Kenapa rakus

Dikala manusia memperturutkan hawa nafsu terhadap harta, tentu tidak akan ada habis-habisnya, ibarat seseorang yang meminum air laut maka ia tidak akan pernah merasa lepas dahaga, demikian juga dengan harta seseorang tidak akan pernah merasa puas kendatipun ia telah mempunyai harta yang berlimpah ruah. Hal ini telah ditegaskan oleh Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya, “Kalau sekiranya manusia mempunyai dua lembah emas sungguh ia akan mencari lembah yang ketiga” (HR…..).

Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan, “Dua ekor serigala lapar yang dilepas pada kumpulan kambing tidak lebih buas dibandingkan dengan rakusnya manusia terhadap harta” (HR. Tirmidzi). Karena begitu rakusnya manusia terhadap harta sampai-sampai ia melalaikan hak-hak Allah untuk beribadah kepada-Nya. Berapa banyak manusia yang karena harta dengan pekerjaan dan kesibukannya melalaikan waktu untuk bersujud kepada Allah, demikian juga untuk melakukan haji, ia beralasan macam-macam karena kesibukannya dengan pekerjaan dan usahanya.

Allah subhanahu Wata’ala telah mengingatkan manusia melalui potongan ayat,

Hai orang-orang yang beriman janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”(Q.S.63 Al Munafiquun : 9)

Demikian juga dalam potongan ayat lain, Allah mengatakan,

Bermegah-megah telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur, Janganlah begitu.” (Q.S.102 At Takatsur : 1-3).

Kenapa dengan cara yang tidak halal

Agama membolehkan seseorang menjadi orang kaya asalkan dengan cara yang benar tanpa merugikan orang lain. Makanya ketika mencari harta jangan sampai dengan cara-cara yang merugikan orang, bersikap curang, tidak jujur, mengeksploitasi dan ketidakmengertian orang, dan dengan cara-cara yang bertentangan dengan ketentuan Allah atau bertentangan dengan aturan main yang digariskan. Sebenarnya rezeki seseorang telah ditentukan oleh Allah, masing-masing dengan jatah dan porsinya. Manusia hanya dituntut untuk berusaha sedaya kemampuan yang ada, sementara yang menentukan adalah Allah.

Allah telah menegaskan hal ini dalam firman-Nya,

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya.” (Q.S. 11 Huud : 6)

Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. (Q.S.13 Ar Ra’d : 26)

Hadits nabi juga menegaskan, “Wahai manusia baik-baiklah kamu dalam mencari rezeki, sesungguhnya tidak ada untuk seorang hamba kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya” (HR. Ibnu Majah).

Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan, “Sesungguhnya Ruhul qudus (Jibril) menghembuskan kepada jiwaku, mengatakan : Sesungguhnya tidak ada suatu diri yang akan mati sehingga sempurna rezekinya dan ajalnya. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan baik-baiklah dalam mencari rezeki, jangan karena terlambatnya rezeki lantas membuatmu mencarinya dengan cara-cara yang maksiat kepada Allah, sesungguhnya rezeki itu tidak akan didapati (berkahnya) kecuali dengan ketatatan kepada Allah” (HR. Al Hakim).

Apa gunanya seseorang hidup dengan limpah ruah harta kekayaan akan tetapi merupakan tumpukan kemurkaan Allah, adalah lebih baik hidup bersahaja apa adanya asalkan dengan ridha Allah. Kalau akan berkembang hendaknya dengan cara yang benar yang diridhai oleh Allah SWT. Dikala manusia menginginkan rezeki yang tidak halal Allah membukakan pintu kearah itu, akan tetapi Allah tidak akan pernah memberkahinya. Hal ini terbukti di dalam kehidupan, betapa seseorang yang mendapatkan harta dengan cara yang tidak benar, maka akhir dari hidupnya bahkan keluarganya berujung dengan petaka dan bencana.

Laksanakan hak-hak harta dengan semestinya

Seseorang yang mendapatkan harta dipersilahkan Allah untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, dengan melaksanakan hak-hak harta itu sebagaimana yang telah digariskan.

  • Untuk kehidupan pribadi dan rumah tangga

Nabi SAW dalam sabdanya mengatakan, “Sesunguhnya Allah suka melihat bekas nikmat-Nya pada hamba-Nya” (HR. Tirmidzi). Allah mempersilahkan seseorang itu memanfaatkan harta yang ada untuk kebaikan dan kebahagiaan hidup dalam rumah tangganya, baik untuk kebutuhan tempat tinggal (rumah), mobil, dan kebutuhan-kebutuhan duniawi lainnya. Karena prinsip yang digariskan adalah dalam rangka mendapatkan dunia yang hasanah, yaitu kehidupan yang bahagia yang didukung oleh berbagai kelengkapan dan kebutuhan dalam hidup ini.

  • Untuk ketaatan dan ibadah kepada Allah

Dari harta yang ada, seharusnya dimanfaatkan untuk lebih mentaatkan diri dan beribadah kepada Alah, seperti melaksanakan ibadah haji dan umrah ke tanah suci. Pada saatnya seseorang harus memenuhi panggilan Allah dalam melakukan haji dan umrah, ia harus berani meninggalkan kesibukan pekerjaan dan usahanya demikian juga keluarganya demi untuk beribadah kepada Allah SWT. Berapa banyak orang yang telah memiliki kekayaan, akan tetapi belum mau melaksanakan ibadah haji dengan berbagai alasan yang dikatakan bahkan suatu yang disesalkan, akhirnya ia meninggal dunia sementara ia belum haji padahal sebagai orang yang berharta seharusnya ia adalah orang pertama yang harus mengambil manfaat dari harta itu.

  • Untuk agama secara langsung

Apa yang diberikan untuk masjid dalam bentuk infaq, waqaf, dan lain-lainnya adalah merupakan pemberian langsung kepada agama karena manfaatnya dirasakan oleh semua kaum muslimin. Masjid yang indah dengan fasilitas yang memuaskan hati, dari karpet yang empuk, sound system yang baik, penerangan yang cukup, air yang lancar, kipas angin atau ac yang menyejukkan semuanya dinikmati oleh kaum muslimin yang beribadah didalamnya. Tidak mungkin masjid berjalan dengan berbagai aktifitasnya tanpa dukungan dana dari kaum muslimin.

  • Untuk saudara yang miskin yang membutuhkan

Zakat, sadaqah, bantuan, dan sumbangan dalam menolong saudara sesama muslim yang membutuhkan adalah sasaran utama dalam pemanfaatan harta, demi mengatasi persoalan sosial ekonomi masyarakat. Kepada seorang yang berharta dituntut untuk peduli dengan orang-orang disekitarnya. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah:

Dan ia memberikan harta yang dicintainya itu kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, ibnu sabil, orang-orang yang meminta-minta, dan budak yang akan memerdekakan dirinya….”(Q.S.2 AlBaqarah : 177)

  • Bahkan untuk saudara atau teman yang kaya sekalipun

Beramal dengan harta tidak hanya terbatas untuk orang miskin, anak yatim, atau agama secara langsung. Disuatu saat barang kali seseorang akan mengeluarkan hartanya untuk saudaranya yang kaya dengan memberikan hadiah. Hadits nabi mengatakan, tahaadaw tahaabbu, saling memberi hadiahlah kalian pasti kalian akan saling mencintai. Dengan hadiah cairlah perasaan buruk sangka yang tersimpan selama ini didalam hati, bahkan akan lebih mempererat rasa persaudaraan di kala memang selama ini hubungan pergaulan baik-baik saja. Disuatu saat dikala teman akrab akan menikahkan putra (putri)nya tentu sebagai teman akan memberikan bantuannya, kendatipun ia itu seorang yang kaya. Bukankah ini mengeluarkan harta (beramal) kepada seorang yang kaya?

Jangan mempergunakan harta untuk maksiat

Dikala seseorang tidak sadar dengan harta yang dimiliki, ia bisa mempergunakan harta itu kepada hal-hal yang bersifat maksiat (bertentangan dengan ketentuan Allah), seperti ia yang berfoya-foya bahkan bersikap mubadzir dengan harta yang dimiliki. Allah telah mewanti-wanti supaya manusia jangan salah dalam mempergunakan harta, sebab akan berakibat kepada kehancuran baik ketika di dunia demikian juga diakhirat nantinya.

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Q.S.17 Al Israa’ : 16)

Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam siksaan angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam, Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah, dan mereka terus menerus mengerjakan dosa yang besar.” (Q.S.56 Al Waqi’ah : 41-46)

Apa yang harus dibanggakan

Harta yag dimiliki manusia adalah anugerah yang merupakan amanah dari Allah SWT, seharusnyalah seseorang memanfaatkan harta itu seperti yang diamanahkan kepadanya. Apabila manusia memanfaatkan harta dengan sebaik-baiknya tentu ia akan dilimpahi hidayah dan berkah oleh Allah SWT, sebaliknya dikala ia salah dalam mempergunakan harta tentu akan berakibat dengan kemurkaan Allah. Bagi Allah mudah untuk melimpahkan harta dan kekayaan demikian juga mudah untuk menghancurkannya. Seharusnyalah kita berhati-hati dikala mendapatkan amanah harta dari Allah. Harta seharusnya mendukung kebahagiaan di dalam kehidupan, bukan malah harta menghantarkan kejurang kehancuran.

Dengan mempergunakan harta sebagaimana mestinya, memang kebahagiaan yang akan didapatkan, sesuai dengan doa yang selalu diucapkan, rabbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil akhiirati hasanah waqinaa ‘adzaabannaar; Ya Allah ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami di dunia ini hasanah (kebaikan) dan di akhirat juga hasanah (kebaikan) dan tolong pelihara kami ya Allah dari siksa neraka.

Allah juga telah menegaskan di dalam firman-Nya :

Dan ingatlah juga tatkala tuhanmu memaklumkan: sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat kepada kamu dan jika kamu mengingkari nikmat Ku, maka sesungguhnya adzabku sangat pedih.” (Q.S. 14 Ibrahim : 7)

Dalam ayat lain Allah menyatakan :

Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Q.S.92 Al Lail : 5-7)

Semoga kita pandai-pandai mempergunakan harta yang menjadi amanah Allah….

Semoga hidup kita akan berbahagia dengan harta yang dianugerahkan Allah….

Amiin yaa rabbal ‘aalamiin.

Disampaikan dalam:

KHUTBAH IDUL FITRI 1427 H

Di LAPANGAN TENIS

PERUMAHAN PERMATA JINGGA

MALANG

28 Desember 2008

SHALAT YANG BERDAYA GUNA

Posted in keislaman tagged pada 5:56 PM oleh Amrizal Arief

Ibadah shalat adalah ibadah yang paling mendasar dalam kehidupan seorang muslim, dalam kondisi bagaimanapun shalat harus tetap dilakukan sehingga tidak ada alasan untuk meninggalkannya, berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain yang suatu saat dapat ditinggalkan atau diganti dengan yang lain. Untuk itu seseorang muslim harus bisa mencapai maksud tertinggi dari ibadah shalat ini, makanya shalat dilakukan bukan hanya sekedar melaksanakan kewajiban akan tetapi harus sampai kepada tingkatan menikmati ibadah karena ibadah shalat ditargetkan Allah SWT untuk kebaikan dan kemaslahatan sang hamba.

Bagi Allah sendiri beribadah atau tidak beribadahnya sang hamba tidak menjadi permasalahan, tidak akan bertambah keagungan Allah SWT dikala sang hamba taat beribadah kepada-Nya, sebaliknya dikala sang hamba tidak mau beribadah kepada-Nya juga tidak akan mengurangi kebesaran dan keagungan-Nya. Maksud Allah mewajibkan ibadah shalat adalah agar seorang hamba tetap mempunyai hubungan (kontak) dengan Allah SWT dimana dengan shalat itu dijadikan sebagai media pengaduan kepada-Nya dengan berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, sesuai dengan potongan ayat di dalam Q.S.2, Al Baqarah 45 dan 153.

Keterlatihan seseorang dengan ibadah shalat akan menjadikan dirinya semakin akrab dengan Allah SWT sehingga ia tetap akan mengingat Allah dimanapun ia berada dan akan membuatnya terbenteng dari perbuatan yang keji dan mungkar sesuai dengan potongan ayat Q.S.20, Thaha 14 dan Q.S.29, Al Ankabut 45. Betapapun kondisi dan keadaan dihadapan seorang hamba yang menjiwai shalat itu namun ia tidak akan pernah goyah, gelisah, ataupun salah jalan sehingga melanggar ketentuan-ketentuan Allah yang ada, seperti yang dikemukakan di dalam Al Qur’an Surat 70, Al Ma’arij 19-22, dan Q.S.13, Ar Ra’d  28.

Karena kegunaan shalat itu memang untuk hamba didalam menghadapi berbagai tantangan kehidupannya makanya ia tidak akan merasa cukup dengan shalat-shalat yang wajib saja dan ia akan menambahnya dengan shalat-shalat sunnat yang lain. Setiap kesempatan shalat sunnat yang ada tentu akan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Rasul SAW mencontohkan didalam kehidupannya dengan menekuni ibadah shalat ini sehingga beliau mengatakan dalam sabdanya, “Dijadikan permata hatiku dalam ibadah shalat.” Didalam shalat malamnya Rasulullah lama berdiri bermunajat kepada Allah sehingga pecah-pecah kakinya dan oleh A’isyah sang istri tercinta dikatakan, “Ya, Rasulullah, kenapa ibadahmu seperti demikian rupa, bukankah dosa-dosamu telah diampuni oleh Allah, baik yang berlalu dan yang akan datang?” Jawab Rasul, “Wahai A’isyah, apakah aku tidak akan menjadi seorang hamba yang bersyukur kepada Allah?”

Dari gambaran ini, disimpulkan semakin banyak seseorang mendapatkan nikmat-nikmat dari Allah, hendaknya ibadahnya semakin baik dan semakin mantap. Namun, godaan-godaan duniawi melalaikan manusia dari hal ini, ternyata banyak orang yang mendapatkan nikmat yang berlimpah dari Allah tetapi ibadahnya minim dan tipis sekali. Terbukti banyak kaum muslimin yang tidak mampu bangun subuh untuk bersujud kepada Allah dan shalat subuh adalah shalat yang paling berat sebab terlihat jama’ah masjid yang paling sedikit adalah ketika shalat subuh. Padahal semua orang ketika subuh ada dirumah dan telah beristirahat dengan tidur yang panjang.

Kritikan Rasulullah terhadap orang yang seperti itu demikian sangat keras dan beliau mengatakan, “Itulah seseorang yang setan kencing ditelinganya.”

Untuk mendapatkan shalat yang berdaya guna diperlukan beberapa persyaratan, pertama shalat itu dilakukan dengan khusyu’, kedua dilakukan kontinyu, dan yang ketiga memelihara shalat baik dari segi pelaksanaan (tata cara) demikian juga dari segi waktunya.

Shalat yang khusyu’ adalah shalat dengan penjiwaan, dimana seseorang berada didalam shalat yang dilakukannya baik secara ucapan demikian juga pergerakan. Shalat yang kontinyu adalah shalat yang tetap dilakukan dalam kondisi dan keadaan yang bagaimanapun, ketika waktu shalat datang ia tetap melakukannya. Shalat yang terpelihara secara pelaksanaan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah, setiap anggota tubuh mantap pada setiap pergerakan shalat yang dilakukan. Demikian juga dilakukan di awal waktu secara berjamaah.

Wawasan ketuhanan yang dimiliki dengan pengertian-pengertian iman akan mendukung kekhusyu’an shalat yang dilakukan. Untuk itu shalat tidak akan maksimal kalau hanya dilakukan seadanya tanpa pengertian-pengertian yang mendalam sebagaimana yang diinginkan oleh Allah dan Rasulullah SAW.

Perbaikan-perbaikan terhadap shalat sangat diperlukan sehingga mencapai apa yang diharapkan, makanya perlu pengkajian yang terarah dan menukik, baik terhadap ibadah-ibadah yang dilakukan demikian juga terhadap prinsip-prinsip aqidah ketuhanan Allah SWT.

Namun suatu yang menjadi pertanyaan, Adakah keinginan untuk memperbaiki shalat yang telah dilakukan selama ini dan meningkatkan pemahaman serta pengertian terhadap ibadah shalat tersebut, sehingga ibadah shalat itu dilakukan secara sempurna dan maksimal yang akan mengantarkan kepada hikmah yang dimaksud. Juga, adakah kesempatan waktu untuk mengkaji tentang ibadah shalat ini, bagaimana yang seharusnya, baik dengan cara mengikuti kajian-kajian demikian juga dengan cara membaca dan kemudian mempertanyakannya kepada ulama-ulama yang alim.

Demikianlah suatu bahan renungan untuk perbaikan kualitas ibadah yang telah dilakukan selama ini. Semoga ibadah yang ada akan mengantarkan diri menjadi pribadi-pribadi mukmin yang tangguh dan di ridhai oleh Allah SWT, mampu menghadapi berbagai gejolak dan tantangan dunia ini, amiin.

Malang, 6 Shafar 1425 H

27 Maret 2004 M

ditulis oleh : Ustad Amrizal Arief

SYARAT PENDAFTARAN – KBIH ILTIZAM MALANG 1430 H

Posted in informasi haji tagged , pada 5:37 PM oleh Amrizal Arief

Untuk mendaftarkan diri sebagai peserta manasik dan bimbingan Ibadah Haji di KBIH ILTIZAM, silahkan anda menghubungi petugas kami, atau menelpon ke no: +62 341 463661  guna mendapatkan formulir pendaftaran, dan SILAHKAN:

Mengisi formulir pendaftaran dan biodata

Menyerahkan pas foto berwarna 3×4 (3 lembar)

Menyerahkan foto kopi KTP (1 lembar)

Menyerahkan foto kopi BPIH Lunas (1 lembar)

Menyerahkan Biaya Rombongan Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah),

Melalui rekening Bank Syari’ah Mandiri >> a.n Amrizal Arief no.rek. 029.0048.443

Untuk penjelasan lebih lanjut tentang syarat pendaftaran, silahkan hubungi nomor kontak kami, dan petugas kami akan melayani anda.

-petugas-


HADITS PUASA RAJAB – DHA’IF (LEMAH) DAN MAUDHU’ (PALSU)

Posted in keislaman tagged pada 3:39 PM oleh Amrizal Arief

HADITS-HADITS DHA’IF (LEMAH) :

  • Sesungguhnya didalam surga ada sebuah sungai yang disebut dengan nama Rajab, airnya sangat putih bila dibandingkan dengan susu dan lebih manis dari madu. Barang siapa yang berpuasa satu hari dari bulan Rajab, Allah akan memberinya minum dari air sungai itu.

Menurut Ibnul Jauzy, didalam kitab “Al Ilal Al Mutanahiyah” didalam sanad hadits ini terdapat orang-orang yang majhul (tidak dikenal). Secara umum sanadnya dha’if akan tetapi tidak dihukumkan maudhu’ (palsu).

  • Ya, Allah, berkahi kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami kepada bulan Ramadhan.

Didalam sanad hadits ini terdapat seorang yang bernama Daud bin Atha’ Al Madani, Ulama hadits sepakat menyebutkan dia dha’if.

Menurut Ibnul Jauzy hadits ini tidak benar berasal dari Rasul SAW. Kata Imam Ahmad, “tidak ada hadits yang diriwayatkan dari Daud bin Atha’.”

Menurut Bukhari, hadits ini mungkar.

Silakan ruju’ kitab “Misbah Az Zujajah fi Zawaid Ibnu Majah” (2/34-35) dan kitab “Al Ilal Al Mutanahiyah” (2/65)

Bahwasannya Rasul SAW tidak ada berpuasa sesudah Ramadhan selain Rajab dan Sya’ban.

Menurut Ibnu Hajar, mengutip Al Baihaqi hadits ini mungkar, karena seorang yang bernama Yusuf bin Athiyyah, dia sangat dha’if sekali.

Silahkan ruju’ kitab “Tabyinul Ujub” hal.12

HADITS-HADITS MAUDHU’ (PALSU) :

  • Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku.

Menurut Ibnu Hajar, seorang perawi sanad hadits yang bernama An Naqqasy dia dikenal sebagai pemalsu hadits dan dajjal (brengsek).

Menurut Ibnu Dahyah, hadits ini maudhu’, silakan ruju’ kitab “Tabyinul Ujub” hal.13-15.

Ibnul Jauzy, menegaskan bahwasannya hadits ini maudhu’ tercantum didalam kitab “Al Maudhu’at” (2/205-206), demikian juga Imam Shan’any didalam kitab “Al Maudhu’at” hal.61 hadits no.129 dan Imam Suyuthi didalam kitab “Al La-ali’ Al Mashnu’ah” (2/114)

  • Keutamaan bulan Rajab bila dibandingkan dengan dengan seluruh bulan seperti keutamaan Al Qur’an bila dibandingkan dengan seluruh dzikir…

Menurut Ibnu Hajar,  perawi-perawi hadits ini orangnya tsiqah (bisa dipercaya) kecuali seorang yang bernama As Saqathi, dia bermasalah dikenal sebagai pemalsu hadits, silakan ruju’ kitab “Tabyinul Ujub” hal.17

  • Rajab adalah bulan Allah yang tuli (sepi), barang siapa yang mempuasakan satu hari dari bulan Rajab karena iman dan mencari ridha Allah ia berhak mendapatkan ridha Allah yang paling besar.

Silakan ruju’ kitab “Tabyinul Ujub” hal 17, juga kitab “Al Fawaid Al Majmuah” karangan Imam Syaukani hal.439 hadits no.1260

  • Barang siapa yang berpuasa tiga hari dibulan Rajab, Allah menetapkan untuk dia (pahala) puasa satu bulan. Dan barang siapa yang berpuasa tujuh hari akan dikuncikan untuknya tujuh pintu neraka…

Hadits ini palsu, menurut Ibnul Jauzy dalam kitab “Al Maudhu’at” (2/206), juga didalam kitab “Tabyinul Ujub” hal.18, didalam kitab “Al La-ali’ Al Mashnu’ah” karangan Imam Suyuthi (2/115) dan kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah” karangan Imam Syaukani hal.100 hadits no.228

  • Barang siapa yang shalat maghrib di awal malam dari bulan Rajab, kemudian dia shalat setelah itu 20 rakaat, pada setiap rakaat dia membaca surat Al Fatihah dan Qulhuwallahu Ahad (Al Ikhlas) satu kali, kemudian dia bersalam sepuluh kali salam, kata Nabi, “tahukan kalian apa pahalanya?”… jawab Nabi, “Allah akan menjaga orang itu pada dirinya, keluarganya, hartanya dan anak-anaknya, kemudian dia akan dilindungi dari siksa kubur dan ia menyeberangi sirathal mustaqim seperti kilat, tanpa dihisab dan disiksa.”

Hadits ini palsu, silakan ruju’ kitab “Al Maudhu’at” karangan Ibnul Jauzy (2/123) juga kitab “Tabyinul Ujub” hal. 21 dan kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah” hal.47 hadits no.144

  • Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab dan shalat sebanyak empat rakaat… ia tidak akan meninggal sehingga ia melihat tempatnya disurga atau diperlihatkan kepadanya.

Hadits ini palsu, silakan ruju’ kitab “Al Maudhu’at” karangan Ibnul Jauzy (2/124) juga kitab “Tabyinul Ujub” hal. 21 dan kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah” hal.47 hadits no.145

– Hadits shalat Ar Ragha-ib :

  • Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku… akan tetapi janganlah kalian melalaikan awal malam jum’at dari bulan Rajab itu, sesungguhnya itulah malam yang disebut oleh malaikat sebagai Ar Ragha-ib (harapan-harapan, keinginan-keinginan), demikian itu karena dikala telah berlalu sepertiga malam, tidak tersisa para malaikat Al Muqarrabun diseluruh langit dan bumi, kecuali mereka berkumpul di Ka’bah dan sekitarnya. Allah menoleh kepada mereka sembari mengatakan, ” Wahai malaikat-Ku, mintalah kepada-Ku apa yang kalian inginkan,” kata malaikat, “Ya Allah, Ya Tuhan kami, harapan kami kepada Engkau adalah adalah agar Engkau memberikan keampunan kepada orang yang berpuasa di bulan Rajab,” jawab Allah, “Ya, akan Saya lakukan.” Kata Nabi SAW, “tidaklah seseorang yang berpuasa dihari Kamis, awal hari Kamis dibulan Rajab kemudian dia shalat diantara isya’ dan antara sepertiga awal malam dimalam Jum’at itu sebanyak dua belas rakaat…”

Hadits ini palsu, silakan ruju’ kitab “Al Maudhu’at” karangan Ibnul Jauzy (2/124-126), juga kitab “Tabyinul Ujub” hal.22-24, dan kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah” hal.48-50 hadits no.146

  • Barang siapa yang shalat di malam pertengahan bulan Rajab sebanyak empat belas rakaat, dia membaca pada setiap rakaat surat Al Fatihah satu kali dan surat Al Ikhlas dua puluh kali…

Hadits ini palsu, silakan ruju’ kitab “Al Maudhu’at” karangan Ibnul Jauzy (2/126), juga “Tabyinul Ujub”  hal.25, dan kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah”  hal.50 hadits no.147

Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang agung, barang siapa yang puasa satu hari dari bulan Rajab, Allah tetapkan untuknya (pahala) puasa 1000 tahun…

Hadits ini palsu., silakan ruju’ kitab “Al Maudhu’at” karangan Ibnul Jauzy (2/206-207), juga kitab “Tabyinul Ujub” hal.26, kitab “Al La-ali’ Al Mashnu’ah” (2/115), kitab “Al Fawaid Al Majmu’ah” hal.101 hadits no.289

(Dirangkum dari Kitab “Al Bida’ Al Hauliyah” karangan Syeikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Ahmad At Tuwaijry, terbitan Darul Fadhilah, Riyadh, 1421H/2000M.)

Imam Al Ghazali didalam kitab “Ihya’ Ulumiddin” juz 1 hal.203, terbitan Darul Kitab Al Islami, Beirut, tanpa tahun. Menurunkan, tentang shalat di bulan Rajab :

  • Diriwayatkan dari Rasul SAW, bahwasannya beliau bersabda : tidaklah seseorang yang berpuasa di awal Kamis dari bulan Rajab, kemudian dia shalat antara Isya’dan sepertiga awal tengah malam, sebanyak dua belas rakaat setiap dua rakaat dipisahkan dengan salam, ia membaca pada setiap rakaat surat Al Fatihah satu kali dan surat Inna anzalnaahu fii lailatil qadar (Al Qadar) tiga kali, dan surat Qulhuwallahu ahad (Al Ikhlas) sepuluh kali. Setelah selesai shalat ia beshalawat kepadaku sebanyak tujuh puluh kali, mengucapkan ” Allahumma shalli ‘ala Muhammadin Nabiyyil ummi w’ala alihi,” kemudian dia mengucapkan didalam sujudnya sebanyak tujuh puluh kali, “Subbuhul quddus Rabbul malaikati war ruh,” kemudian ia mengangkatkan kepalanya (duduk antara dua sujud) dan mengucapkan, “Rabbighfir warham watajawaz ‘amma ta’lam innaka antal a-‘azzul akram,” sebanyak tujuh puluh kali, kemudian dia bersujud lagi dan mengucapkan seperti yang diucapkannya pada sujud yang pertama, setelah itu ia meminta segala kebutuhannya dalam sujudnya itu, semua permintaannya itu akan dipenuhi.

Didalam catatan kaki disebutkan, shalat Ar Raghaib ini, dicantumkan oleh Ar Razin didalam kitabnya, dan hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu).

(dirangkum oleh : Ustadz Amrizal Arief)

INFORMASI HAJI – KBIH ILTIZAM MALANG 1430 H

Posted in informasi haji tagged , pada 11:11 AM oleh Amrizal Arief

Insya Allah, Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji 1430 H
dimulai tgl. 7 Juni s.d. 9 Agustus 2009
Setiap Ahad pukul 07.30 s.d 11.45 WIB
Tempat Aula PSBB MAN 3 – Jl Bandung no.7 Malang

-Jadwal bimbingan, materi, dan pemateri akan diberikan setelah pendaftaran.